Tuesday, 3 May 2016

Gabus Pucung Cita Rasa Betawi

Bila bicara mengenai cita rasa lokal, itu artinya berbicara tentang budaya setempat. Salah satu budaya yang menjadi ciri khas suatu wilayah bisa dilihat dari makanannya, seperti di lingkungan saya tinggal sekarang Jakarta yang memiliki budaya Betawi. Betawi merupakan sebutan untuk penduduk asli kota Jakarta dengan sejarahnya yang mempengaruhi warisan kulinernya.

Saya sendiri dikelilingi tetangga kiri kanan dan depan orang asli Betawi. Setiap sore, kadang kami suka ngumpul atau sekedar bercakap-cakap di warung mpok De yang suka jualan nasi uduk di pagi hari. Kami tidak menghabiskan waktu dengan ngerumpiin orang atau tetangga lain, tapi banyak bercerita tentang kerjaan, makanan dan yang paling sering itu adalah guyon-guyon yang sering keluar dari mulut tetangga saya.
Yah, seperti yang semua orang tau, masyarakat Betawi dengan gaya bicaranya yang khas dan suka nyablak, juga sering mengeluarkan kalimat-kalimat pantun yang lucu. Atau sekedar celetukan-celetukan lucu yang sering bikin saya ketawa ngakak. Ngumpul bareng mereka bisa menghilangkan perasaan suntuk atau stress yang kadang suka melanda. Dan dari hasil ngumpul-ngumpul di sore hari ini pula saya mendapatkan cerita dari engkong Baba dan mpok De mengenai makanan-makanan khas Betawi.
Masyarakat  Betawi ternyata tidak hanya pintar berbalas pantun namun  mereka juga pintar membuat aneka kuliner yang lezat dan menggoyang lidah. Tak heran jika makanan khas Betawi digemari oleh banyak orang.
Dirunut dari sejarahnya, makanan khas Betawi ini banyak dipengaruhi oleh budaya Cina, Eropa, dan Arab. Cita rasa yang gurih dan sedap merupakan ciri  khas makanan Betawi. Sebenarnya Betawi memiliki banyak makanan khas yang lezat. Namun, seiring pesatnya perkembangan kota Metropolitan Jakarta yang sekaligus ibukota negara Indonesia ini, makanan khas Betawi sudah banyak yang langka bahkan nyaris punah.  Masyarakat Betawi banyak yang mulai tergusur ke pinggiran ibukota. Oleh karena itu, penting sekali untuk melestarikan warisan kuliner nenek moyang kita agar tidak hilang di kemudian hari.
Beberapa dari makanan khas Betawi ini mulai jarang kita jumpai. Tapi ketika kota Jakarta sedang merayakan ulang tahunnya, kita bisa dengan mudah menemukan beberapa aneka makanan dan minuman khas kota Jakarta pada event yang diadakan oleh pemerintah kota Jakarta. Jika ada yang sedang berkunjung ke Jakarta, jangan lewatkan kesempatan untuk berwisata kuliner dan mencicipi makanan khas Betawi ini.
Makanan khas Betawi yang mungkin sering kita dengar bahkan sering kita temui dalam keseharian adalah Nasi Uduk, Nasi Ulam, Ketoprak, Soto Betawi, Karedok, Asinan dan Gado-Gado Betawi. Kerak Telor yang hanya ada di tempat atau event tertentu dan ada juga Sayur Babanci yang kini mulai punah.
Selain makanan diatas, makanan khas Betawi lainnya yang sudah berlangsung dari generasi ke generasi adalah Gabus Pucung. Nah, untuk nama makanan yang satu ditambah ‘Babanci’ saya baru denger nih. (*untuk Babanci akan saya ulas pada tulisan berikutnya)
Sayur Ikan Gabus Pucung merupakan salah satu makanan yang ada dalam tradisi ‘nyorog’ pada masyarakat Betawi. “Nyorog itu adalah tradisi masyarakat kami berupa kewajiban menghantarkan makanan kepada orangtua, atau menantu kepada mertua setiap menjelang bulan puasa dan lebaran,” kata mpok De.
Sayur ikan gabus pucung menjadi salah satu makanan yang diserahkan pada orang tua/ mertua. Namun saat ini tradisi menghantar makanan tersebut sudah mulai banyak ditinggalkan oleh masyarakat Betawi. Dulu menu sayur ikan gabus pucung ini juga menjadi menu khusus pada perhelatan atau jamuan penting, dan menjadi penarik selera. Dan saat ini Gabus Pucung masih sering disediakan pada acara kumpul keluarga, atau menyambut tamu khusus dengan jumlah yang tidak terlalu besar.
Sayur Gabus Pucung merupakan bahan ikan gabus yang dimasak dengan bumbu berbahan pucung yang berkuah banyak. Pucung sendiri lebih kita kenal sebagai kluwek yang biasa digunakan untuk memasak rawon.
Pembuatan sayur Gabus Pucung menggunakan bumbu yang biasa kita gunakan saat memasak makanan yaitu bawang merah, bawang putih, cabai merah, kunyit, jahe, asam jawa ditambah dengan kluwek. Berikut resep komplitnya.


Bumbu halus:
12 btr bawang merah
8 btr bawang putih
3 cm kunyit, untuk keluar wanginya, dibakar dulu
6 buah kluwek ambil dagingnya, rendam air hangat
6 buah cabe merah kriting
4 buah kemiri geprek lalu shangrai
(Haluskan semua bumbu di atas)
Untuk ikan :
1 kg ikan gabus ukuran sedang, bersihkan sisiknya
3 sdt ketumbar, shangrai
4 btr bawang putih (haluskan)
½ sdt garam
2 buah jeruk nipis
(Lumurkan semua bumbu pada ikan, lalu diamkan selama lebih kurang 1 jam)
Bahan:
Daun bawang, iris serong
7 buah rawit merah, belah dua menyerong
750 ml air
1sdt gula
Jeruk limau
4 buah sereh, geprek
3 cm lengkuas geprek
1 cm Jahe geprek
3 lembar daun salam
6 lembar daun jeruk, robek- robek
2 buah tomat, potong dadu
Cara membuat
1.      Goreng ikan yang telah direndam tadi, sisihkan.
2.      Tumis bumbu halus dengan sedikit minyak hingga harum.
3.      Masukkan sereh, lengkuas, daun salam dan daun jeruk. Setelah hampir matang masukkan irisan tomat, masak hingga tomat layu.
4.      Masukkan air, gula dan garam secukupnya, biarkan mendidih.
5.      Masukkan ikan gabus yang telah di goring, biarkan bumbunya meresap.
6.      Masukkan irisan cabai dan daun bawang.
7.      Hidangkan selagi hangat. Saat menyantap jangan lupa beri perasan air jeruk limau atau jeruk sambal untuk menambah cita rasa yangs segar.
Engkong Baba bilang sih rasanya segar dan lezat. Saya sendiri belum pernah coba, namun dalam bayangan saya sepertinya sama dengan rasa masakan rawon kali yah!

No comments:

Post a Comment

Apabila tidak dimengerti atau salah dalam pengetikan mohon poskan komentar anda Terma Kasih.